Sudah enam bulan kakiku menginjak Ibu
Kota Negara ini, Aku hanya gadis dari daerah transmigran yang terpencil di
Provinsi Sumatra Selatan, bermodalkan nekat dan alamat saudara-saudara orang
tuaku di Jakarta yang asli Cilacap aku datang untuk mengubah nasib. Usiaku baru
tujuh belas tahun saat aku mulai mencoba menaklukan kerasnya Ibu Kota, dengan
Bantuan Bibiku aku bisa bekerja di sebuah perusahaan garmen di kawasan Tanjung Priok Jakarta
Utara. Aku Kos bersama bibi yang umurnya hanya selisih 4 tahun denganku dan dua
sepupuku di pinggiran Tanjung Priok.
Setiap pagi aku dan ribuan pekerja wanita lainya dari kosan masing masing
berjalan beriringan bersama menuju ke Tempatku bekerja. Untuk menghemat uang kadang
aku sudah bawa bekel dari tempat kos berupa gorengan dan lontong untuk sarapan.
Tapi entah kenapa hari ini aku mau diajak sarapan di warung makan yang letaknya
disekitar kawasan perusaahan tempatku bekerja oleh sepupuku. Saat masuk kedalam
warung makan itu ada dua pemuda dengan berpakaian warepack sedang makan dan
mereka memandangi kami tiga gadis yang baru masuk, kami memesan tiga mangkuk
mie telur dan tiga botol minuman teh dingin dan duduk disebelah meja dua pemuda
tadi karena warung ini hanya ada dua meja dan satu meja panjang yang menempel
di dinding dengan empat bangku di stiap mejanya. “Tri tolong sausnya dong’
pinta sepupuku yang bernama Ina, akupun memberi sebotol saus yang kebetulan ada
didekatku. Tri sambalnya dong, kembali Ina meminta tolong kepadaku. Ternyara
sarapan dan panggilan ini menjadi satu hal yang merubah masa depanku. Saat kami
asyik menikmati mie telor salah satu pemuda itu yang nantinya aku kenal bernama
Anwar bertanya pada sepupuku yang bernama Mia ,
Mba, tinggal dimana ?
Bak Air " jawab Mia singkat.
Kos kosan siapa ?
Haji Zaenudin.
Asli mana ?
Cilacap...
Mas nanya nanya kaya Polisi aja , ina
ikut berbicara.
Saya Bukan Polisi mba tapi Angkatan Laut
jawab Anwar sambil nyengir kuda. Beda dengan pemuda satunya yang hanya sekilasan
saja memandang ke arah kami. Selesai sarapan kami kembali ke tempat kami
bekerja dan aku melupakan kejadian dalam warung mie telor tadi. Namun pada hari
ketiga setelah sarapan itu, di halaman tempat kosku ada sebuah motor dengan
wrna abu – abu dengan nomor plat dinas TNI AL terpakir. Ina dan Mia pun ikut
terkejut sambil berbisik hayo siapa nih yang diapelin sambil tersenyum senyum,
(karena dari kami bertiga memang belum ada yang punya pacar) sedangkan aku
hanya diam karena seingatku saat tak ada dari kami yang punya kenalan TNI AL.
Saat kami masuk lewat pintu samping rumah kos itu ibu kos sudah ada di lorong
menuju pintu samping, : Tri, ada yang nyari kamu tuh di ruang tamu’ yah
ternyata si Tri yang diapelin sahut Ina sepupuku dengan mimik antara kecewa dan
menggodaku. Deg aku kaget bercampur heran, hati ini berdebar ngga karu-karuan,
kok nyari saya, kok kenal saya, batinku, seingatku aku tidak pernah punya
kenalan Anggota TNI AL, ku beranikan diri menemuinya. Deg kembali dadaku
bergetar ternyata yang duduk di kursi diruang tamu adalah pemuda yang waktu itu
ketemu di warung mie telor saat sarapan namun pemuda ini adalah yang hanya diam
saja saat itu dan kali ini tidak memakai baju warepack namun baju biasa,
kembali pertanyaan dalam hati muncul, kenapa mencari saya bukan Mia ataupun Nia
.
Setelah aku duduk dikursi depannya aku
bertanya dengan suara agak gemetar karena baru kali ini aku dikunjungi seorang
lelaki yang tidak aku kenal “ Ada apa anda mencari saya ?
Saya pengin mengenal kamu, jawabnya
singkat.
Tahu nama saya darimana ?
Saya tidak tahu nama kamu kok..
Lho kata ibu, anda mencari saya ?
Iya tadi saat aku datang kesini ditanya
sama ibu yang tadi , mau cari siapa yah ? aku bingung menjawabnya karena kita
belum berkenalan satu sama lain, hanya saja aku ingat ada yang memanggil nama
Tri jadi aku bilang ke ibu kos cari Tri .
Iya , karena saat dianya ibu tadi aku
hanya tahu nama Tri yang disebut selama kalian makan kemarin. Jelasnya
Ha, hanya karena namaku yang disebut
sama Ina saat minta tolong diambilkan botol saus, jadi aku yang dicarinya? Aku
membatin.
Jadi sekarang anda mau ketemu siapa,
saya atau dua saudaraku ?
Ya kamulah kan aku carinya Tri bukan dua
saudaraku’ jawabnya datar mungkin dengan berusaha melucu tapi terasa wagu
(garing).
Nah sekarang sudah ketemu mau apa
tanyaku sekedar basa basi,
Ya mau kenalan, nama saya Arton , alamat
di KRI TSG 536, pekerjaan jelas Anggota TNI AL Umur 23 menjelang 24.
dan semenjak saat itu dia selalu datang
ke tempat kosku dan dia yang menghiasi hari hariku dengan keindahan dan
kebahagiaan atau yang biasa orang sebut “berpacaran”
Pada bulan kedua kami berpacaran, Bibiku
akan melangsungkan pernikahan di Cilacap dan kedua orang Tuaku akan datang dari
Sumatera akupun gembira disamping akan bertemu kedua Orangtuaku juga aku ingin
mengenalkan Mas Arton ke kedua Orangtuaku sebagai calon pendamping hidupku.
Antara bahagia dan sedikit rasa takut akan keseriusan Mas arton kepadaku karena
selama dua bulan ini aku belum pernah dikenalkan kepada Orangtuanya di Kota
Kelahirannya. Dan malam ini akupun akan mengutarakan perihal kedatangan
Orangtuaku. Di Pantai Ancol ditemani semilir angin laut jawa dengan dihiasi
lampu lampu sepanjang tepian pantai disuguhi pemandangan lampu lampu kapal
dikejauhan aku berbicara padanya.
Mas Orang tuaku akan datang ke Jawa,
Kataku kepada Mas Arton, yang sedang duduk disampingku dan memandangi lampu
lampu kapal.
Lah memang Orangtuamu dari mana ?
tanyanya sambil matanya memandang wajahku dengan mimik heran . Deg aku kaget
aku lupa belum memberitahunya bahwa aku dan keluargaku tinggal di Pulau
Sumatera dan mas Arton tahunya aku dari Cilacap . dengan agak khawatir aku
memberitahunya , Mas, aku memang asli orang Cilacap Jawa Tengah tapi sejak umur
3 Tahun Orang Tuaku ikut Program Transmigrasi di daerah Sumatera Selatan
tepatnya di Karang Agung Ilir Plimer 5 Perak 4 Musi Banyu Asin.
Ohw.. hanya itu saja yang keluar dari
mulutnya.
Kapan ?
Dua hari lagi ...
Hemm.. maaf aku tidak bisa menemui orang
tua kamu karena besok aku akan berangkat ke Natuna untuk serpas Pam Perbatasan.
Makanya malam ini aku ajak kamu jalan kesini, aku ingin menghabiskan malam ini
bersamamu.
Aku kecewa.. namun aku terima karena aku
tahu apa tugasnya sebagai Anggota KRI jenis Landing Ship Tank yang fungsi utama
adalah Kapal angkut Personil dan Material.
Berapa lama ?
Saya tidak tahu , satu minggu atau dua
minggu.
Ya sudah nanti kalau sudah balik dari
Natuna segera kabarin aku .
Baik..
Sepii... antara kecewa dan penasaran
akan kesungguhan cintanya kepadaku saling berpacu dalam lubuk hatiku. Belum
tentu setahun sekali Orang Tuaku pulang ke Kota asalnya di Cilacap. Dan juga
sering aku dengar dari teman maupun saudaraku , sudah biasa kalau Anggota TNI
apalagi TNI AL suka hanya main main sama Perempuan..
Dan hari saat Orang Tuaku Datang
menggunakan Bus Ketempatku dan besoknya kami bersama dengan sepupuku berangkat.
Dan saat di Cilacap dua sepupuku memberitahukan ke Orang Tuaku kalau aku sudah berpacaran
dengan dia.
Hari ke lima aku menelpon ke ibu kosku
menanyakan kabar Dia dan aku terkejut ternyata semalam dia sudah datang dan
menanyakan alamatku yang di Cilacap namun karena tidak tahu maka dia pergi
lagi. Besoknya aku pamit ke kedua orangtuaku untuk ke Jakarta dengan maksud
akan memberitahu bahwa Kedua orang Tuaku ingin bertemu dengannya. Sesampainya
di Jakarta Aku menemuinya dan kusampaikan bahwa kedua orang tuaku akan mampir
di Jakarta dan ingin ketemu dengannya .
Mas besok Kedua Orang tuaku akan mampir
di jakarta sebelum kembali ke Sumatera.
Ya, Besok aku akan datang ..
Aku sangat gembira menantikan hari
esok...
Jam Menunjukan Pukul 14:30 aku
berdebar-debar sudah 30 menit dari jam dinas dari kekasihku sudah selesai namun
kehadirannya belum ada. 15:30 semakin gelisah aku menantikanya , sementara
kedua orangtuaku sudah sehari di tempat kosku, tujuannya silahturahmi dengan
adik adik bapakku yang tak lain adalah Paman dan Bibiku yang bekerja dan
tinggal di Jakarta. 21:30 dia tidak sampai juga, marah kecewa dan sedih
perasaanku bercampur aduk. Dan sudah tiga hari saat besok kedua orangtuaku akan
kembali dia tak juga muncul, ingin ku datangi kesatrian dimana tempatnya
bertugas namun ku tahan. Malam hari ini aku menangis dan kedua orang tuaku hanya
bisa menghibur, Ndo mungkin dia bukan jodohmu. Semakin hancur hatiku, dan malam
itu juga aku putuskan untuk ikut kedua orangtuaku kembali ke Sumatra akan
kubawah luka hatiku dan semua kenangan bersamaku di kampung halamku,
kutinggalkan cintaku di Ibukota ini.
Dan Pagi pagi kami berangkat, selama
perjalanan dua hari satu malam dengan Bus Lintas Sumatra, tak sanggup menahan
airmata kecewa. Kedua orang tuaku berusaha menghiburku namun tetap luka hati
terasa sakit dan perih.
Tiga bulan sudah aku di rumahku yang
berdindingkan papan dan beratapkan daun nipah di kampung halamanku Karang Agung
Ilir Provinsi Sumatra Selatan yang jauh dari keramaian dikelilingi pohon kelapa
serta pemadangan Sawah sedikit banyak sudah bisa mengobati luka dihati dan aku
sudah bisa tersenyum karena dukungan keluargaku beserta teman teman
sepermainanku, namun disuatu sore menjelang maghrib saat aku di dapur mempersiapan
makan malam untuk keluargaku, adiku yang paling kecil berlari masuk ke dapur
dan setengah berteriak kepadaku
“ Yu !
Apa ?
Ada Tentara mencari yu Fitri ..
Yang bener ..
Iya kaeh di depan katanya mencari rumahnya
yu Fitri..
Bergegas aku menuju ke depan ingin tahu
siapa yang mencariku
Dan kulihat “Dia’ dengan pakian Loreng
TNI dengan memakai baret warna hitam (biru dongker) sedang duduk di ruang tamu
sambil berbicara dengan bapakku, yah dia yang sudah membuatku rindu, kecewa dan
marah sekarang duduk di ruang tamu rumahku.
Hai, sapanya kepadaku dengan sedikit
senyum, aku hanya terpaku ingin aku berlari meluknya namun justru kakiku
melangkah masuk kedalam kamarku dan aku menangis di atas kasurku dengan
mendekapa bantal, aku tak tahu aku meangis karena marah, atau senang, kecewa
atau bahagia, Tapi aku masih tak percaya kalau dia sampai di rumahku. Tak
berapa lama bapakku masuk kedalam kamarku,
Tri, tuh ada yang mau ketemu kamu, dari
jauh lho Jakarta
Aku masih menangis..
Sudah jangan menangis temuin dulu,
Dengan masih sesenggukan aku keluar
kamar dan melihat wajahnya yang masih tersenyum lagi, bergemuruh hatiku antara
pengin menampar wajahnya atau memeluknya menumpahkan segala perasanku. Akupun
bertanya dengan nada sedikit marah
“ Mau apa kesini ?’
“Melamarmu, jawabnya singkat seperti
biasa
Dan aku kembali menangis hanya kali ini
tangis bahagia..
Karang Agung Ilir Sumatera Selatan11 Juni 1998
No comments:
Post a Comment